Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Memaknai Kesendirian

Jika kau bertanya, "Bagaimana rasanya sendiri?" Aku akan menjawabnya dengan satu kata: Paradoks Tak kupungkiri, sendiri itu sepi. Melewatkan detik dengan sunyi. Saat ingin berlari pun jadi enggan, karena tak ada yang hendak dihampiri. Tatkala ingin berkesah, yang kutemukan bayangku saja, lalu Allah jadi tempat muara segala kisah. Namun, sendiri itu juga bahagia. Ya, aku bisa melakukan apapun yang (mungkin) hanya aku sendiri yang bisa menikmatinya. Merasakan angin menyapa, melihat awan berarak, gelombang air beriak, daun berguguran, kendaraan berlalu lalang, dan mengamati segala ciptaan-Nya. Lalu aku jadi bersyukur. Belum tentu jika bersama orang lain aku bisa melakukan itu, bukan? Dengan sendiri, aku tak perlu "lebih" membebani pikiranku. Ya, tak perlu memikirkan jika ada yang marah kalau aku terlena di duniaku, tak perlu memberikan perhatian lebih pada orang yang belum tentu memperhatikanku. Benar, bukan? Hidup adalah panggung sandiwara. Realita terkadan