![]() |
Spanduk dan Banner Selamat Datang diguyur hujan Kota Hujan |
14 Agustus 2016
Malam ini mataku terjaga. Barangkali
aku masih merindukan keriuhan bertemu teman-teman dari seluruh penjuru
Indonesia. Dan, aku ingin bercerita, tentang gempita malam itu, tentang janji
kami bahwa akan memberikan yang terbaik bagi tumpah darah kami sebagai bakti,
dan tentang bangganya kami sebagai mahasiswa meski dengan almamater rupa-rupa
warna.
Dik, aku sadar tentang kapabilitas
akademisku yang standar. Tapi sejak dahulu aku selalu punya mimpi. Barangkali itulah
yang bisa membuatku sanggup bertahan berkalang keterbatasanku ini. Benar dik,
bermimpilah. Jika bermimpi saja kau tak berani, lantas apa lagi yang hendak kau
perjuangkan dalam hidup ini. Ah, hanya mimpilah yang membuat hidup terasa lebih
hidup. Jika bermimpi yang gratis saja kau tak berani, apa lagi tantanganmu
menjalani hidup ini?
Jadi saat itu aku masih menjejaki
semester pertamaku. Ah, biasalah, euforia mahasiswa baru. Berkeliling setiap
senti penjuru kampus. Sampai aku tertegun pada sebuah pengumuman yang berisi
sederetan nama bertagar #UnriMenujuPIMNAS. Setibanya di rumah, aku lantas
mencari tahu apa Pimnas itu. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional, pertemuan
mahasiswa kreatif dan inovatif se-Indonesia. Ajang perhelatan tahunan mahasiswa
paling bergengsi. Barangkali kau berfikir aku berlebihan, dik? Namun jika kau
tak percaya, browsinglah.
Waktu bergulir sampai aku berada di
tahun keduaku. Aku mulai mengerti bagaimana langkah menuju panggung PIMNAS itu.
Ya, adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang menjadi pintunya. Aku
berkeliling mengikuti seminar demi seminar yang menjelaskan PKM itu apa. Sampai
mendengar tips dan trik langsung dari sang dewan juri. Tapi sekali lagi, sampai
dateline pengajuan proposal PKM
berakhir, aku tak dapat menyelesaikan ideku. Ya, buntu. PKM adalah program yang
dinanti kehadirannya bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Kau hanya perlu
mengajukan proposal yang berisi idemu, jika lolos, kau boleh melakukan
penelitian untuk membuktikan hipotesa idemu dan itu dibiayai pemerintah. Inilah
saatnya kau melakukan bakti Tri Darma Perguruan Tinggi. Tapi, aku tak tahu,
darimana mulaiku dan siapa yang hendak kutanyai. Rekan sefakultasku saat itu
belum pernah mengajukan proposal dan lolos didanai. Pun kemampuan menulisku
tidaklah mumpuni dan ideku masih belum tajam. Akhirnya aku bergabung dengan
forum kepenulisan untuk mengasah barangkali ada bakat tumpul yang mungkin akan
menajam nantinya.
Tahun ketiga menyapa. Lagi-lagi,
keberanianku masih belum muncul juga. Ya, kemampuan menulisku masih belum
handal. Aku yang semula berlatih cerpen dan puisi, perlahan mulai menekuni
dunia karya ilmiah, semata-mata untuk mempersiapkan diri mengikuti PKM tahun
berikutnya. Aku mulai berani mengajukan karya tulis ke berbagai lomba.
Alhamdulillah, semua berbuah manis. Aku sempat mendapatkan undangan sebagai
finalis LKTI Nasional di UR –kampus sendiri-, Universitas Negeri Semarang, dan
Universitas Negeri Yogyakarta. Akhirnya di tahun keempat, aku kian yakin,
inilah saatku memasukkan proposal untuk mengikuti PKM.
Sejujurnya, cerita teman-temanku
saat di posko KKN Kebangsaan cukup membuatku tertantang menjajal kemampuan. Ya,
ketika pertama kali bertemu saat pembekalan, mereka bercerita tentang
proposalnya yang lolos didanai. Ya, kampus mereka sudah concern dengan PKM, seperti IPB, Unnes, UI, dan Unja. Dan
kebetulan, pengumuman peserta PIMNAS 28 di Universitas Halu Oleo Kendari
terjadi saat pelaksanaan KKN. Jadilah, aku melihat bagaimana membaranya mereka
untuk kembali mencoba menjajal tembok PIMNAS mendatang, PIMNAS 29.
Sekembalinya dari rutinitas KKN
Kebangsaan yang berakhir di bulan Agustus 2015, kami mulai berkutat dengan
persiapan PKM di bulan September. Aku beruntung pernah mengenal mereka, dik.
Karena melihat mereka bersemangat dengan penyelesaian proposal tentu menular
padaku. Maklum, PKM masih hal tabu dan baru di kalangan teman-temanku. Akhirnya
dengan berbekal modal nekat, aku mengikuti PKM perdanaku dengan dua bidang
sekaligus: PKM Penelitian Sosial Humaniora dan PKM Kewirausahaan.
Lima bulan berselang, proposal PKM
Penelitian Soshum timku dinyatakan lolos didanai bersama 4702 proposal lainnya.
PKM tahun 2015 memang menyedot animo partisipasi mahasiswa se-Indonesia.
Setidaknya ada 73007 proposal yang diajukan ke Dikti. Universitas Riau sendiri
menduduki peringkat 23 se-Indonesia dan keempat se-Sumatera dengan jumlah 52
proposal yang lolos didanai Dikti. Maret, April, Mei, dan Juni. Empat bulan
yang terasa berat, karena penelitian PKM yang bersamaan dengan penelitian skripsi. Semuanya digesa menuju titik bulan
Juni. Di sela-sela penelitian, aku bahkan sempat membentuk tim untuk mengajukan
proposal mengikuti PKM Gagasan Tertulis (PKMGT) di bulan Maret-April. Jadilah,
semuanya terakumulasi di satu titik. Pengerjaan proposal tugas akhir diselingi
PKM-GT, penyelesaian makalah seminar hasil saat dicekik dateline Monitoring dan Evaluasi (Monev) internal universitas dan
monev eksternal Dikti, bahkan sampai ujian komprehensif (ujian sarjana) di
tengah masa pengunggahan laporan akhir Dikti. Sejujurnya, kami sempat menyerah
akan kelolosan menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), mengingat
cerita Monev yang cukup menyakitkan. Ya, reviewer
(juri) hanya melihat media pembelajaran yang telah kami kembangkan, dan meminta
kami menyempurnakannya di laporan akhir. Tanpa pertanyaan beruntun yang
menunjukkan antusiasme ataupun ekspresi ketertarikan. Namun kami tetap
mengunggah laporan akhir sebagai bentuk pertanggungjawaban dan memohon adanya
keajaiban. Aku bahkan ingat, mengganti status BBM-ku menjadi tanggal 7-12
Agustus 2016 yang taklain adalah tanggal pelaksanaan PIMNAS usai Monev karena
begitu inginnya melihat keriuhan perhelatan PIMNAS. Terlepas akan berada disana
nantinya atau tidak, yang jelas aku telah memimpikannya. Dan berharap akan
berada di Bogor pada tanggal itu.
Akhir bulan Juli 2016
Ujian kompreku Alhamdulillah
berakhir gemilang. Meskipun ada satu mimpi yang kurasa tak tertunaikan selagi
aku menjadi mahasiswa, biarlah. Apalagi kalau bukan, PIMNAS. Sementara itu,
pengumuman finalis PIMNAS juga tak kunjung keluar, membuatku yakin barangkali
belum rezekiku disana. Tak perlu berhitung minggu, hari berlalu saja aku dan
teman-temanku mulai dikejar pengumpulan berkas yudisium dan wisuda dengan batas
tiga hari setelah tanggal pengesahan kami berselempang gelar EsPeDe. Di saat
itulah, aku mendapat kabar PKMP Soshum timku dinyatakan lolos PIMNAS. Aku
ingat, saat itu tanggal 26 Juli 2016.
Maka semua skenario hectic kami kembali berulang. Belum
sempat bernafas lega seusai persiapan yudisium, pelatihan jelang PIMNAS
menunjukkan rautnya. Ah, namun aku selalu yakin bahwa “ini pun akan berlalu”.
Masih jelas di ingatanku, 3 Agustus 2016, tatkala yudisium berbarengan dengan
jadwal pelatihan. Aku bahkan tak menikmati momen yudisium dikarenakan tuntutan
artikel ilmiah, penyempurnaan laporan akhir, revisi media presentasi, pembuatan
poster dan melengkapi berkas-berkas PIMNAS terakhir tanggal 5 Agustus 2016.
![]() |
Suasana Pembukaan PIMNAS oleh Menristekdikti |
Setelah semua perjuangan itu, Alhamdulillah, pukul 19.00, Graha Widya Wisuda
Institiut Pertanian Bogor menjadi saksi perjuangan kami untuk mencapai titik
ini, bersama 1900an mahasiswa se-Indonesia. Derai keriuhan seluruh mahasiswa
dari Sabang sampai Merauke mengelu-elukan nama universitasnya masing-masing. Malam itu, kami berteriak
memanggil-manggil nama universitas Biru Langit tatkala MC mengatakan,
“Kontingen Provinsi Riau: Universitas Riau, Universitas Pasir Pangaraian,
Politeknik Negeri Bengkalis,” dan saat itu sepasang muda mudi berpakaian baju
Melayu berwarna ungu diikuti tiga orang lainnya membawa bendera universitas-universitas
kontingen Riau.
![]() |
Pakaian adat se-Indonesia dari provinsi kontingen PIMNAS |
![]() |
Riau University Squad with Mascot of PIMNAS 29, Bramara |
Sungguh benarlah nasihat Imam
Syafi’i : berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Tentang semua kepanikan, perih, kerja keras dan pengorbanan: cukuplah kami yang
mengetahui apa kecapnya. Namun, satu hal yang harus kau tahu pasti, dik, setiap
orang mampu menyembunyikan sakit di balik senyum. Pun kebahagiaan di balik
kesukaran. Barangkali orang lain berfikir, “Alangkah enaknya menjadi seperti
mereka yang blablabla.” Coba sekali-kali kau ganti tanyamu menjadi, “Apa yang
telah kamu terima untuk mendapatkan semuanya?” Beda tanya, tentu akan berbeda
pula jawaban yang akan kamu peroleh.
~Hari ini adalah mimpimu di hari kemarin. Dan esok
adalah mimpimu hari ini
(Hasan Al Banna)
Subhanallah... luar biasa sekali az....😍😍😍 merinding bacanya..sukses terus azlina. Do the best..
BalasHapusTerimakasih :) Semoga bermanfaat :)
HapusSubhanallah. 😍 proud of you az
BalasHapusThankyou Syah, :)Proud of you, too
Hapus