Malam ini renyai hujan usai mentahbiskan
bumi. Kemelut rona suasana malam membuaiku melanglang ke kota dimana hujan
adalah suatu kebiasaan. Bahkan telah menjadi gelar? Kota itu yang terlampau
berkesan atau aku yang terlalu merindukan? Ah, entahlah.
Kamu, tahukah? Satu demi satu bulir yang
menghempas tanah basah seolah mengingatkanku pada pencapaian ribuan kawan-kawan
yang tersebar di penjuru Nusantara. Bahwasanya ini bukan tentang perkara
mimpiku saja, tetapi juga mereka. Ya, bukan tentangku saja yang terus berjalan
langkah demi langkah menuju impian, boleh jadi mereka juga tengah marathon
menuju mimpi mereka ~yang kemungkinan sama dengan mimpiku. Ah, bahkan sampai
sekarangpun gurat lirih dari bisik bibir yang membisikkan syukur masih dan akan
terus meluncur. Bukankah kejutan terbaik terkadang muncul di akhir?
Maka di malam tatkala purnama bernaung
di balik mega mendung dan lenaku seolah turut memmbendung. Ah, usahaku atas
mimpiku masih terhitung. Benar-benar dapat diselesaikan dengan jemari. Apakah
aku benar-benar menginginkan mimpi itu? Atau sekedar terbersit di fikirku saja.
Entahlah, mungkin aku butuh waktu menyendiri.
Bahwasanya api mimpi itu masih menyala
dan tetap terjaga Entah terjaga udara atau tertimbun sekam di atasnya,
terpenting ia masih ada. Untuk kota yang tengah kuusahakan, semoga kita benar
dipertemukan. Kota yang disanalah aku akan belajar dari awal tentang budaya
sukuku, tentang masyarakatnya, pesonanya, dan gegap gempita pengetahuannya. Ah,
nanti di kota itu jua yang akan menjadi peletak dasar mimpiku menjejak
tanah-tanah dari bumi-Nya. Bukankah mimpi mendengar derit Arashiyama, denting
lonceng kuil di lereng Fujiyama, menghirup desir aroma dari festival Momiji dan
Hanami masih akan terus tersimpan. Atau menjejak gumpalan putih dengan suhu
dibawah es batu membeku, melihat pegunungan bertudung bukannya membiru dan
dikelilingi orang-orang berbagai macam ras budaya yang berbeda denganku? Ah,
aku ingin.
Semoga kelak juga di kota itu juga aku
dipertemukan denganmu ~yang semoga kelak akan mendampingi di wisuda keduaku.
Demi membayar kisah pertama yang tak berwarna. Semoga.~
Komentar
Posting Komentar