Hidup adalah tentang ritme konstan bernama siklus. Kita sebagai manusia berasal dari tanah,makan yang hidup di atas tanah hingga kembali ke tanah. Seperti roda berputar, ada kala canda ada pula sedih tiada kira. Seperti senyawa poligonal siklik, kan kembali suatu titik. Jika semalam mendengar, lalu belajar selanjutnya ilmu disebar. Yang kemarin setengah mati menahan hati, menerima setengah hati hingga ikhlas sepenuh hati. Segalanya kan kembali seperti mulanya. Berputar seratus delapan puluh derajat dan lalu bergerak ke nol (lagi). Lantas, mengapa masih berkesah, bukankah telah pasti, masalah akan berkesudah? Sabar, tegar, dan kuatlah, hati.
Maka hidup adalah tentang proses penerimaan. Menerima seseorang hadir dalam hidup kita, besisisan menghabiskan waktu bersama mereka, hingga terjebak dalam situasi yang membuat kita kembali harus menerima akibat dari setiap pertemuan, entah itu berupa kekesalan, hal yang menyebalkan, menjengkelkan, hingga asbab canda. Lalu, semua cerita itu akan berakhir pada penerimaan bahwasanya perpisahan adalah muara dari segala perjumpaan yang akan mempertemukan kita dengan perkenalan berikutnya. Memberikan pada kita sang aktor sebentuk hal paling berarti, kenangan, umur kedua bagi penikmatnya.
Ada banyak tipe orang dalam kehidupan, salah satunya orang bervisi. Orang yang memiliki tujuan hidup akan membuat rencana untuk mengatur langkah menuju impiannya. Kelak setiap peluh, tetes airmata, dan bahagia yang berhimpitan di antara kesulitan-kesulitan itulah sebagai pembeda kisah mereka dengan orang lain. Memberikan sepercik energi bernama motivasi. Aku, mampukah?
Pekanbaru, 5 Oktober 2015
Komentar
Posting Komentar