Langsung ke konten utama

Best Friend called Gee

Hi! We are Gee!

Prolog:

Maka alasan terbesarku menulis ini lantaran demam baper yang diinisiasi oleh Umi Laeliyah melalui surat di balik foto wisuda kami yang didesainnya sendiri. Lalu mulailah, seperti jamur di musim hujan (ngetiknya berhenti sebentar dan membayangkan hujan, ah…. Kenangan, *eh¬ malah baper). Dimulai dari Umi, menular ke Pia, Yayuk, Riska, dan demi memuaskan keinginan mereka, ¬yang katanya nunggu tulisan gue, berhubung gue yang paling jago nulis (katanya loh, ya). Jadilah kisah tentang tujuh gadis “gesrek” yang maksa dikatain kawan Hello Kitty ini gue ceritakan.

Hello GEE: Inilah Konstelasi Kami!

HELLO-GEE: Inilah Konstelasi Kami!

   Izinkan daku menggunakan kata ‘gue’ sebagai kata ganti orang pertama, berhubung mau mencoba nulis santai, bosan dengan tema galau seperti biasanya. Gak apalah ya, meskipun Monas belum pindah ke Pekanbaru, ‘gue-elu’-nya aja yang duluan sampai ke ini kota. Nah, itu: di Judul ada kata Konstelasi. Tahu konstelasi? Itu loh, deretan planet-planet Tata Surya yang berpadu dalam satu garis lurus. Begitulah kami bertujuh, berhimpun dalam satu visi. *eaaaaaaa
Alkisah saat itu kami masih menjadi mahasiswa unyu nan polos tahun pertama. Dimata gue awalnya: tak ada alasan untuk ‘dekat’ dengan kampus Universitas Riau, apalagi pelajaran di jurusan, terutama mahasiswanya. Perkara biasa, salah jurusan, masuk di pilihan kedua, jadilah aku terus menerus down menyalahi keadaan *pernah dulu begitu! Sempat diizinkan ortu, supaya bertahannya cukup sampai tahun pertama saja, trus tahun depan diizinkan ikut lagi SBMPTN nyoba lagi pilihan pertama (biar gak down melulu anaknya, gitu pikir orangtua).
Menjalani hidup sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia tanpa siapa-siapa (FYI, dari sekolah, cuma dua orang di seangkatan yang lolos di UR. Satu lagi di Faperika. Sip. LOST gue!) Nah, sahabat gue yang nun jauh disana kuliahnya, Adnan, mengenalkan teman seangkatannya di sekolah dia dulu, SMAN 1 Bangkinang.
“Ada kawan Adnan yang masuk FKIP Kimia UR. Namanya Novia Sellyna. Cobalah cari. Baik anaknya dia.” Rekom si Adnan. Well, gue ikutin saran si Adnan. Ketika perkenalan hari pertama, pas banget! Dia sekelas ama gue. Soalnya dari 98 orang mahasiswa, dibagi jadi dua kelas gitu sesi perkenalannya. Kok ingat sama Novia? Nama dia gue simpan di hp, biar gak lupa. Target temen pertama soalnya! Setelah itu kami disuruh menulis nama, no hp, dan asal sekolah di selembar kertas, untuk memudahkan pendataan, kata kakak senior. Sip. Gue dapat nomor si Novia Sellyna.
Tiga hari berikutnya, kami diberi jatah libur. Aslinya persiapan belajar untuk seleksi kelas Bilingual. Nah, dengan PD-nya, gue sms deh si Novia. Basa-basi, sok ngenalin diri, dan minta alamat kos dia, karena gue mau main ke kos dia! Wahahaa… Mungkin jika gue adalah Pia, gue gak akan mengizinkan orang baru datang ke kosan gue! Meskipun temen satu angkatan, satu jurusan, satu kelas, satu apapun, secara kita baru kenal tiga hari! Tapi berhubung si Pia ini baik (atau ‘kepolosan’) dikasih juga alamat kosnya.
Setelah nyasar kemana ntah, (maklum baru seminggu tinggal di kosan dan perdana bawa motor keliling2) sampailah gue di kosan Pia. *sampai dijemputnya di gang loh, beneran baik kan? Maka kami menuju kamarnya Pia. Wah, diintrogasi gue habis itu. Darimana dapat nomor Pia? Kenapa kenal dengan Pia? Kenapa main ke kosan Pia? Gak ada anak Kimia lain? Padahal gue udah nyogok dia pake Roma Sari Gandum berlapis Cokelat favorit gue. Gak mempan ternyata! Yasudah gue jawab aja, “Kenal lu dari Adnan, Adnan itu sahabat gue.” Kelar? Kagak! Dia makin banyak nanya. Dua jam berlalu dengan kami yang sok-sok melebur supaya gak kaku, gue izin pulang. (Kalo gak, dicurigain macem-macem ntar). Pas di parkiran, gue dan Pia ketemu dengan duo anak Kimia lain: Riska dan Siti ¬yang baru pulang mengeprint KRS. Setelah kenalan, dan dikasih tahu pentingnya mengeprint KRS, jadi gue dan Pia menuju warnet: ngeprint KRS juga).
Singkat cerita gue, Riska, dan Pia lolos ujian kelas Bilingual. Tapi untuk beberapa mata kuliah, kami masih kembali ke kelas ‘asal’. Ya, kami bertiga plus Siti berada di satu kelas. Kimia 2012 B. Semenjak itulah, selalu berempat. Siapa yang datang duluan, mengambil empat kursi sekaligus, biar sederet gitu duduknya. Di kelas B ini, ada sekitar 48 mahasiswa, sementara di kelas Biling (lebih sering disebut kelas C) hanya terdiri dari 18 orang. 

Utie: Empat Ukhti

Yah, beginilah yang namanya kuliah sodara-sodara, jauh dari kehidupan nyantai ala anak FTV. Sungguh, gue sempat mengalami yang namanya cultural shock (cie ileh, secara SMA jarang dapat tugas, nah disini, belum afdol dosen kalo gak ngasih tugas, minimal tiga halaman folio). Meskipun materinya kebanyakan ngulang, seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, tetap saja syusyaaahnya warbiyasah. Kayaknya kalo nelpon ortu, curhatannya nangis mulu, mau pindah jurusan trus, dll. Kami berempat mulai sering nginap bareng, biar kerjaan tugasnya dibagi-bagi. Semisal Pia ngerjain tugas Matdas, gue Biodas, Riska Fisdas dan Siti tugas lain. Kuliah memang kejam pemirsah!

Percayalah, maba itu gak tau make up dan sering jogging pagi!
Hari itu, 27 September 2012, sepulang dari lab dan berjalan menuju parkiran FKIP, kami bersepakat membuat geng gitu. Tapi belum terfikir nama yang sesuai.
“Bagaimana kalo Ukhti? Biar kalem.”
“Alim banget. Ntar dikira kita orang yang berjilbab dalam nan baik. Hm, di-unyu-in aja namanya. Utie. Artinya Ukhti, saudara perempuan. Bagaimana? Jadi kita manggil sesama kita, pakai Utie juga. Utie-pi, Utie-ka, Utie-ti, Utie-Az!” Fix, maka mulai sejak itu, 27 September 2012 diperingati sebagai hari lahirnya Utie (meskipun tahun tahun berikutnya sering kelupaan. Hahaaa….)

Seperangkat Alat Refluks dan Mading OK

   Nah, seperti halnya anak jurusan lain, Pendidikan Kimia juga punya acara tahunan yang gede banget; skala provinsi (*hiperbolis yah gue?) Namanya Olimpiade Kimia (OK), saat kami jadi maba, itu OK yang kesepuluh. Sekitar bulan November diadakan acaranya, pas pula dengan musim UTeeS.  Jadi, saat itu angkatan kami terpilih untuk membuat replika perangkat praktikum untuk keperluan Pameran Kimia. Karena pembuatannya perkelompok, otomatis gue milih Riska dan Pia (karena sekelas), tambahannya kami gabung sama Yayuk, Ayis, Umi, dan komting: Wisnu. Fix, kelompok kami dapat bagian buat seperangkat Alat Refluks. 
Ini alat refluks itu!
Setelah tau bentuk alatnya, ya ampun, kami bingung gimana buatnya. Replika lagi kan.
‘Kenapa ga pakai yang punya lab aja sih, kak?’ gue nanya ke senior
‘Kalo pecah mau tanggung jawab? Seperangkat alat refluks kalo ditotal lebih dari 3 juta harganya.’
Waaaat? 3 jutaa? Gue baru tau, alat praktikum Kimia mahal mahal. Maklum, SMA dulu jarang prakatikum.
Lantas kami janjian buat bareng di kos Yayuk. Setelah browsing sana sini, ternyata yang namanya refluks itu ribet sodara-sodaraah. Setelah ngayal bla blaa, jadilah kami buat ala kadarnya. Labu destilat dari bola plastik mainan anak-anak, kondensor dan refluks nya dari pipa paralon, kacau pake beud dah. Jauh dari kata rep-li-ka! Yang penting jadi. Hihiii
Akhirnya, replika perangkat refluks pun kelar. Selanjutnya, kami berinisiatif buat mading. Biar rame aja pamerannya. Mading seputar Kimia di kehidupan sehari-hari. Tapi kali ini, basecamp-nya kamar Siti. Biar Siti ikutan buat gitu. Masih ingat banget perjuangan buat mading di tengah UTS Fisdas. Penuh drama… Well, setelah semua kesulitan pasti ada kemudahan. Terbukti, setelah OK berakhir, kami jadi makin lengket.

Mading OK 10, Carbon Family!

Halogen si Golongan VIIA

Jadi scene nya waktu itu lagi ngumpul cantik bertujuh di taman rektorat. Berembug memutuskan nama ‘geng’ kitaa. Semua mengeluarkan nama masing-masing *asli gue gak ingat apa aja nama-nama yang pernah diajuin. Sampai akhirnya si Umi nyeletuk,
‘Gimana kalo Halogen?’
‘Buseet dah, Kimia bangeet! Buat unyu dong! Bdw, kenapa itu?’ kami gentian nyerbu Umi.
‘Jadi gini, Halogen itu kan Golongan VIIA (dalam periodik Unsur), dan jumlah kita kebetulan pas bertujuh. Terus Halogen itu kan gak stabil yah, makanya reaktif jadi mudah berikatan. Seperi kita, membentuk ikatan untuk kestabilan. Dan kecenderungan golongan VIIA itu kan berikatan dengan Golongan IA dan menjadi stabil seperti golongan Gas Mulia. Kita juga, perlu pendamping yang kelak akan menstabilkan kita,’ kata Umi panjang kali lebar kali tinggi, (*calon guru mah penjelasannya bedaa yaah! Untung kami (belagak) paham)
‘Kalo Gee gimana? Kayak lagu yang kita dengerin di kost Yayuk euy. Lagu SNSD,’ celetuk someone. Lupa kalo ini siapa yang ngusulin.
‘Karena Halogen, gimana kalo Hello-Gee? Unyu kan ya? Tapi tetep aja nickname-nya Gee!’
‘Setujuuuu!!!!’ kata kami sepakat!
‘Terus kapan Anniv nya kita?’
‘Gimana kalo 18 November, itu kan pertama kali kita ngumpul buat Refluks.’
‘Good! 18 November 2012 jadi anniv-nya kita!’

Dear Gee

Ini surat terbuka gue buat kalian gaes!

Dear Gee,
Tak terasa 18 November 2016 kemarin jadi anniv kita yang keempat. Mimpi untuk lulus bareng di 2016 pun, Alhamdulillah terwujud. Kita saling kenal mulai dari maba unyu-unyu, sampai kenal alat make-up ini itu (lagaknya ini itu, padahal Cuma pelembab ama lipstik doang). Terimakasih untuk kebersamaan empat tahun ini. Gue bersyukur ketemu dengan kalian, gees. Mulai dari berantem, salah paham, gila-gilaan, pokoknya apapun itu udah gue jalanin bareng kalian. Maaf ga bias nulis puitis disini. Intinya,
‘Bila tua nanti kita telah hidup masig-masing.
Ingatlah empat tahun ini!’
Berhubung kemarin kalian udah buat Character Description di Instagram, gue gak mau ketinggalan. Hihi… Ini gue urutin random berdasar abjad aja yeee….

    1. Ariska Fifiyani Sangadji La Ada

    Namanya udah sepanjang kisah cinta dengan mantan namun masih terkenang (Sorry, skip!) Pernah dengar istilah Kecil-Kecil Cabe Rawit? Cocok beud dah. Kesan pertama gue kenal dia, itu ketika masuk Biodas dan dia dengan santai marahin kaum Adam di kelas satu-satunya, a.k.a komting. Dan si komting Cuma bisa diem dengerin omelan dia. ‘Mantap djiwa ini anak!’ pikir gue.
    Panggilannya akak kecik karena dia yang paling tua di antara kami. Tapi paling kekanakan juga, jadi kalo dia sudah berpetuah, kami pasti langsung terdiam sambil bergumam, ‘ngimpi apa dia tadi malam kok berfaedah gini kata-katanya?’
    Oh iya, kalo mau diskusi apa aja, silakan ke dia. Apalagi kalo lu ngebahas apapun yang berbau Korea pake bahasa Inggris, pasti diladenin. Dia bakal ngejelasin Hallyu itu mulai dari bahasanya, tulisan Hangulnya, artisnya, Idolnya, oppa-oppanya juga. Pekerjaan sampingannya sebagai distributor film dan drama Korea.


        2. Novia Sellyna

         Kalo ada mahasiswa rada melenceng kayak Ayis (*ups!) maka juga pasti ada Kasta anak baik-baik dong, yah. Kalo biasanya gue, Siti, Riska ngumpul dan nginap bareng, lalu bercerita kabar dari ujung barat sampai timur, maka dia betah pegang buku atau berkutat di depan laptop dengan tugasnya. Satu hal yang gue kagumin dari dia itu FOKUS beud. Kami bertiga guling-guling, tetap aja fokus dia ama nugasnya. Pia ini adalah sumber pemasok jawaban tugas. Hahaa…. Tapi bukan berarti dia bakal lurus-lurus aja bergaul dengan orang gesrek, rekor keparahan dia adalah baru buat laporan praktikum dua jam jelang praktikum dan dia piket di hari itu. Alasan: nonton film! Mantap kan?
    Nah, panggilannya dia Emak, karena sosok keibuan, namun masih belum menemukan Bapak. Ntar kalo ketemu cowok yang tinggi, putih, tajir, sholeh, tampang kayak Park Jimin BTS, tolong kasih tau dia! Hahaa…. 

    3. Riska Wulandari

    Kalo ini orangnya paling rempong dan pemikir sejagad. Pemikir? Iya, mudah stress.
    ‘Gees, lihatlah ha, Riska nambah gemuk. Pipi Riska tembem. Blablabla…’ padahal beratnya dia dibawah gue jaaauh *selisih 5 kg doang.
    Dia ini juga yang paling semangat kalo ngomongin J-O-D-O-H! Kriteria: sholeh, pinter, tinggi, gantengnya kalo bias hybrid antara Jinyoung GOT7 atau Wooyoung 2PM, dan kalo bisa juga fans Barca! Jadi bisa begadang nonton bola bareeng. Potensi yang dia tawarkan adalah pandai mengatur keuangan. Hahaa… kalo akhir bulan, deket-deket aja ama Riska. Pasti bakalan hemat lu! Calon istri idaman kan?


    4. Siti Istiqomah 

    Kalo Pia panggilannya Emak, maka Siti punya Djiwa Emak-Emak. Kalo lu berantakan, outfit lu ga matching, pasti bakal direpetin deh. Hahaa.. Kalo Riska dan Pia calonnya kayak Oppa-oppa, Siti mah simple, kayak mas Hamas Syahid Izzudin aja udaah! Itu loh, pemeran Ketika Mas Gagah Pergi. Bdw, kalo udah bahas jodoh, dia ama Riska dan Yayuk didudukin bertiga, gue yakin Proposal Kriteria Jodoh pasti bisa dirampungkan, dah!
    Tapi karena Djiwa Emak-Emak ini, kamar dia paling sering jadi basecamp! Kamar dia itu adalah kamar kedua gue. Apalagi kalo musim UTS-UAS. Ngumpul aja dulu, ekspektasinya: belajar bareng, realita: ngerumpi bareng! Haha…




    5.  Umi Laeliyah

    Golongan Lurus di antara kami, selain Pia. Kalo di kelas paling serius, paling sering jadi ‘tumbal’ untuk jawab pertanyaan dosen juga. Umi paling pinter soalnya. Tapi pinternya kalo lagi ada dosen aja. Aslinya serius bikin geram, misal nih, ya.
    Kita lagi seru-seru bahas satu masalah, terus pada diam karena mikir. Tetiba dia ketawa dan teriak, kirain nemu solusi, rupanya.
    ‘Hihi.. enggak! Umi tadi kepikiran bla blaa… ‘ yang intinya ga nyambung dari pembahasan. Iya, si Umi itu. Jadi kalo dia tetiba tertawa, kami sudah mengatisipasi pikiran out of the box nya dia. Kalo calon idaman sih, Umi ga ada. Karena udah ada calonnya! Fix, ini yang buat kami iri ama Umik, karena ga pake ngayal calon jodoh, Hahaa…

     

    6. Yayuk Andriyani

    Kalo si Ayis itu kecil-kecil cabe rawit, maka Yayuk adalah cabe rawit beneran. Mau nanya pendapat apapun, tanya aja dia, teruji kebenaran dan kepedasannya.
    ‘Yayuk padahal pedas dan santai, tapi bisa dipandang orang kalem nan lembut. Tapi kenapa Pia yang biasa aja, malah dipandang jutek?’ kata Pia suatu ketika yang asli buat kami ngakak.
    Nah, kalo Yayuk bergabung dengan Riska dan Siti, yang dibahas pasti jodoh! Tapi kalo dia bergabung dengan Ayis, informasi artis Korea yang lagi booming sampai hiatus, drama yang akan tayang sampai drama Jadul, lengkap! Dia distributor film dan drama kedua setelah Ayis. Kurang lengkap apa lagi coba, proporsi geng inih?
    Kalo kriteria jodoh: dia mau yang sholeh, sedap dipandang, pinter, kalo contohnya: gue bingung mau nyebutin siapa. Setiap ganti drama booming, ganti pula oppanya. Mulai dari Song Jong Ki nya Descendent of the Sun, sampai yang terbaru Gong Yoo di Goblin. Random mah kalo masalah idola, masalah hati aja dia yang pasti! Iya, PASTI ketidakpatiannya. Hahaa…

    Yah, begitulah nasib gue selama empat tahun dikelilingi mereka-mereka. Jadi kalo gue rada rada, you know laah, ya! Saranghae chinggu yaa!
    1st year: Pengabdian OCE bareng!

    2nd year: a Yearbook with Picnic Theme Compilation

    Our 3rd years Anniv

     
    Our 4th years: Graduation together


    Last quote gue buat kita:
    Alone we can do little, together we can do more!
     
    Pekanbaru, 10 April 2017

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    LPDP ATAU CPNS?: Behind The True Story~

    Tak terasa tiga tahun berlalu dengan cepat, ya. Iyap, tiga tahun lalu sejak aku terakhir menulis di sini. Melihat semuanya jadi tampak asing sekarang, sedikit berdebu karena lama tak terjamah. Kalau diingat-ingat, tulisan terakhir juga terjadi di bulan April, ya. April 2018 – April 2021. Time flies, people change, and memories happen. Jadi, barangkali tulisan perdanaku usai vakum, aku akan sedikit merenung dan menceritakan apa – apa saja yang terjadi selama tiga tahun belakangan secara bertahap. Refleksi, terapi dan kontemplasi. April 2018 kemarin, aku membahas tentang  Fresh Graduate: The Untold Dilemma . Saat tulisan itu rampung kutulis, aku benar – benar tak tahu kalau setelahnya adalah masa terberat melebihi peliknya memilih bekerja dengan gaji pas – pasan atau mencari beasiswa namun minim persiapan.😔😔😔 Peliknya kehidupan menanti di depan mata, indah dan nikmat kata mereka namun hancur lebur bagi aku yang menjalaninya. 💦 Juli 2018 Masih di tengah euphoria pernikahan seoran...

    Cause Happiness is Simple

                  Hidup adalah tentang pencarian tak berkesudahan. Pencarian akan jati diri, ketenangan, kenyamanan, dan kebahagiaan. Tentang bahagia, sungguh itu adalah perkara sederhana. Sebab, indikator bahagia tak teregistrasi dalam Satuan Internasional, jadi cukuplah perspektifmu yang menentukan. Ini definisi bahagiaku -(tertanggal 22-24 Mei 2015) Bahagiaku sederhana, sesederhana mendapat keluarga baru dari belahan bumi Nusantara, sesederhana melihat senyum dan mendengar opini mereka tentang tanah kuhuni, sesederhana menekuri detik yang melintas dengan cerita tak berutas, sesederhana hikmah bahwa belajar akan negeriku sejatinya tak berkesudah, sesederhana disadarkan bahwa semangat dan pantang menyerah   adalah konsekuensi realisasi atas impian yang tersimpan, but at last but not least, sesederhana kian merebaknya kagum an syukurkuku pada sang Rahiim atas kasih sayangNya tuk mengizinkan helaan nafasku merasa...

    Kuroko Basketball : Friendship not just Term that We Ever Heard

      Gambar: Cover film Kuroko Basketball Film yang diadaptasi dari manga Kuroko no Basket (Basketball Which Kuroko Plays) ini mengisahkan tentang pencarian jati diri seorang atlit basket bernama Tetsuya Kuroko.   Walau tak memiliki keahlian dalam dribbling, apalagi shooting (menembak), cowok berambut biru ini justru menjadi tim utama basket SMP Teikou yang memiliki lima anggota Kiseki no Sedai (Generasi Keajaiban), yakni Akashi Seijuroo, Aomine Daiki, Murasakibara Atsushi, Kise Ryota, dan Midorima Shintaro. Dan mampu membuat sekolah tersebut sebagai jawara di Kejuaraan Nasional Basket tiga kali berturut-turut. Tetsuya sendiri memiliki gelar anggota keenam Kiseki no Sedai, pemain Bayangan (the Phantom Sixth Players). Bagaimana bisa? Ternyata kemampuannya dalam passing (mengoper) tak diragukan oleh anggota Kiseki no Sedai, karena hawa keberadaannya yang lemah dan kemampuannya dalam mengalihkan pandangan lawan (misdirection). *seperti trik sulap gitu* [Well, au...