Langsung ke konten utama

Cause Happiness is Simple



              Hidup adalah tentang pencarian tak berkesudahan. Pencarian akan jati diri, ketenangan, kenyamanan, dan kebahagiaan. Tentang bahagia, sungguh itu adalah perkara sederhana. Sebab, indikator bahagia tak teregistrasi dalam Satuan Internasional, jadi cukuplah perspektifmu yang menentukan. Ini definisi bahagiaku -(tertanggal 22-24 Mei 2015)

Bahagiaku sederhana, sesederhana mendapat keluarga baru dari belahan bumi Nusantara, sesederhana melihat senyum dan mendengar opini mereka tentang tanah kuhuni, sesederhana menekuri detik yang melintas dengan cerita tak berutas, sesederhana hikmah bahwa belajar akan negeriku sejatinya tak berkesudah, sesederhana disadarkan bahwa semangat dan pantang menyerah  adalah konsekuensi realisasi atas impian yang tersimpan, but at last but not least, sesederhana kian merebaknya kagum an syukurkuku pada sang Rahiim atas kasih sayangNya tuk mengizinkan helaan nafasku merasakan kebahagiaan ini. Sederhana, bukan? Ya, itulah kebahagiaan.

The First Time
                Malam itu (24April 2015), Cihampelas Walk dengan keriuhan khas Satnight tetap tak mampu menandingi keriuhan gejolak hatiku, sampai peredam berupa sebuah pesan dari Umi Laeliyah mengheningkannya. Alhamdulillah, fabiayyi ‘alaa irabbikuma tukadziban.
“Kata panitia pengumpulan berkas diundur hingga 13 Mei 2015. Alhamdulillah, masih ada waktu.”
Mendadak sesalku bergeriap, “Maaf ya, Umi, sudah mendesak. Kami khawatir. Semangat untuk kita. Sekembalimya Az dan Pia dari Bandung, kita urus.” Jariku mengetik pesan dengan lonjakan kegirangan membuncah, aku hanya memukul  bahu Pia berkali-kali tanda luapan emosiku yang tersalurkan dengan cara sederhana. Yang dipukul -berhubung dia sedang bahagia juga- hanya mengusap bahunya sembari tersenyum senang, tanda ia siap dipukul lagi barangkali :D Ah, akhirnyaa kota Paris van Java ini bisa kunikmati tanpa terkaman deadline pengumpulan naskah LKTI BEM FKIP Celebration.
                Bukan terkendala pada tidak siapnya naskah, melainkan ketidaksiapan dari kami melihat karya itu akan dikirimkan. Lomba Karya Tulis Ilmiah pertama dengan karya perdana, tentunya membawa euphoria gugup yang tak biasa. Alhamdulillah, setelah melalui serangkaian diskusi, antara aku, Novia dan Umi yang juga melibatkan dosen pembimbing kami, Ibu Dr. Roza Linda M.Sc. dan mengantongi izin ketua prodi Pendidikan Kimia, Dra. Hj. Herdini, M.Si. untuk mengikuti lomba tersebut, serta asupan semangat yang tak henti dari orang-orang luar biasa, tepat tanggal 13 Mei 2015 malam, naskah itu kami kirimkan ke panitia. Alhamdulillah.

Is it True?
                Keringat masih menyembul di balik pori-pori keningku. Gerah. Rapsodi jantungku pun belum selaras ritmenya.Tapi setidaknya, malam ini, 17 Mei 2015, amanahku telah didemisionerkan ditandai dengan terpilihnya Bupati baru Himaprostpek. Sembari menikmati relaksasi peregangan badan, aku mulai menelusuri akun Bem Fkip Universitas Riau. Nah, ini dia. Pengumuman 10 Finalis LKTI BEM FKIP Celebration. Aku meng-scroll layar sembari membaca judul KTI yang berhasil lolos. Sampai di nomor 6 belum juga kujumpai namaku, “Tenang Az. Bukan pertama kalinya, kan, gak menemui namamu di deretan finalis ataupun pemenang?” tegarku menenangkan. Dan akhirnya tangan tak bergeming di nomor 10, its our title! We passed it! Ingin rasanya aku berteriak agar suaranya bisa didengar Novia dan Umi. Alhamdulillah. Palmia (Pantun ala Kimia) sebagai Pendekatan Kultural dalam Pembelajaran Kimia Model Think Pair Share, judul itu masih kutekuri berulang.

Presentation Day
                Alhamdulillah, meski di sela-sela pengerjaan laporan praktikum Biokimia, Kuis Biokimia, tugas, dan UTS kami dapat melaksanakan presentasi pada Jumat, 22 Mei 2015. Bertempat di Perpustakaan Universitas Riau. Segala masukan dewan juri kurekam baik-baik sebagai pelajaran nantinya. And now, it’s time to introducing myself and start a conversation with new family.

                Sejatinya hidup adalah perbedaan, beda antara pra-pasca adaptasi, beda antara kejaiman saat pertama kali berjumpa, bertukar nama, barter informasi-cerita dan menangis saat perpisahan di depan mata. Iya, terkadang seberbeda itu.
                Melihat bagaimana peserta LKTI Nasional ini membuat aku terkesiap, “Hei, kemana saja kamu selama ini Azlina? Sudah tahun keberapakah kamu baru hendak memulainya?”Ya bagaimana tidak, tingkatan peserta yang membuatku aku mungkin banyak terlena dengan Comfort Zone-ku. Lihatlah, peserta dari Univ Negeri Padang,Univ Negeri Makassar, Univ Negeri Semarang, Univ Sebelas Maret, Univ Negeri Yogyakarta, dan Univ Ahmad Dahlan ini rerataberasal dari angkatan 2013. Meskipun ada juga yang berasal dari angkatan 2012 dan 2011, bahkan  perwakilan Univ Airlangga masih angkatan 2014! Aku tertohok. Ya, melihat opini mereka bahwa Karya Tulis Ilmiah tidaklah sukar, menemukan ide bahkan dapat dari hal-hal sederhana yang kadang melintas di fikiran lalu diber sentuhan inovasi dan jadilah sebuah gagasan untuk dituangkan dalam baris-baris KTI, hingga diberikan tips dalam menemukan ide di sekitar kita. Program Kreativitas Mahasiswa yang menjadi perhelatan akbar bagi mahasiswa Indonesia untuk berburu dana penelitian, ah, mereka sudah merasakannya –termasuk Monev PKM.
                Jika kau tanya, apa yang kurasa? Paradoks. Kata itu mewakilinya. Bagaimana tidak, mendadak aku minder, takjub, iri, kagum, dan tertampar di menit itu. Umi dan Novia manggut-manggut. Aih, tetap saja tak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru, hanya saja kita telat tahu,Barangkali?
                Usai presentasi, ketika mentari mulai cenderung meringsut ke barat, we went to the famous spot in Riau University to captured our best moment. Saat itulah nama Anggra (perwakilan UAD) mulai lamat-lamat kuingat sebagai manusia paling dikejar selama proses foto. Sebenarnya ungkapan itu tidaklah tepat, sebab yang membuat orang tertarik untuk mengerubunginya adalah benda yang dipegangnya dan kelihaiannya dalam memainkan Tongsis. :D Puas merangkai puluhan gambar hingga memori penuh, kami lantas bergerak menuju Laman FKIP Celebration untuk melihat pusat keramaian BEM FKIP Celebration.

lihatlah keceriaan mereka ^_^

at Jembatan Kupu-Kupu

foto bareng, meski tak terlihat :D




Yeayy! Luapan ekspresi pasca presentasi!

Here we are, Riau's LKTIN family 

 dari kiri ke kanan: Oki (UNM) Gatot (Unnes), Hajrah (UNM) dan Jani (Unnes)

Field Trip Day
                Museum Juang di Jalan Sudirman, beralih ke Pustaka Wilayah Soeman HS, menunaikan sahalat Zhuhur di Masjid Agung An-Nur Pekanbaru, bergerak ke Pasar Wisata Pasar Bawah sekaligus sebagai guide dadakan untuk menemani keluarga kecil baruku memilih oleh-oleh khas Bumi Lancang Kuning, mulai dari Baju Pekanbaru, Lempok Durian, Bolu Kemojo, Keripik Nanas-Keripik Nangka, Dodol Durian, Cokat Roka dan item lain yang menunjukkan kepedulian mereka terhadap janji pada keluarga dan temannya untuk membawakan oleh-oleh. :D Destinasi field trip berakhir di Laman Seni FKIP. Tampak area sekitaran panggung penonton dikelilingi meja dan terdapat kudapan khas berbagai kabupaten di Riau yang menanti kami. Sejujurnya kami kenyang setelah makan siang di Rumah Panggung sebelum bertolak kemari, tapi bukankah pantang menolak rezeki? Jadilah kami turut mencicipi masakan olahan peserta lomba Masak Khas Riau.



 semua tentu tahu yang mana Anggra, bukan? Sementara foto terakhir diambil oleh Algha (UNM)
dari kiri ke kanan: Azlina, Umi, dan Novia.
Here we are, Blue Sky Knight!

                Malam menggelar permadani gulita melingkupi semesta. Kami duduk berhadapan jelang makan malam di the Nancy Homestay. Acara pun beralih pada konspirasi mengerjai Our Emak alias Liaision Official (LO) LKTI, Joni Nopian, yang berulang tahun. Adegan haru (hanya bagi Joni) dan bahan cerita yang tak ada habisnya untuk tergelak (bagi kami) melihat Joni menangis. Gatot (perwakilan UNNES) luar biasa aktingnya, juga kawan-kawan lain dalam memarahi Joni sebagai LO. Tertawaan kami semakin riuh sambil melihat Hajrah (perwakilan UNM) yang semalam juga mengalami hal serupa lantaran hari ini adalah ulang tahunnya. Ya, dia dituduh sebagai pencuri dompet her roommate oleh teman LKTI saat berada di Negeri Lancang Kuning. Malang nian nasibmu, Hajrah. 

“Tapi itu jadi moment tak terlupakan bagi saya. Jauh-jauh ke Riau malah dituduh mencuri.” Ceritanya padaku yang cekikan membayangkan perasaannya yang pasti terkejut bukan main.

It’s called Farewell
                Setiap yang perjumpaan akan ada perpisahan. Segala cerita yang hari ini diciptakan pasti esok bergelar kenangan. Pun seperti, ada kemenangan dan kemenangan yang belum rezeki kita dari sebuah kompetisi.
                Sebelum pengumuman, kami menampilkan langgam dari daerah masing-masing di atas panggung. Dari atas sinilah, memoar slide yang bergantian tentang perjuangan itu seolah ditampilkan:
                Ya terbayang wajah demi wajah yang seolah menjadi penyusun terselesainya lembar demi lembar naskah ini hingga rampung, orang tua kami yang selalu mensupport dan menjadi pancaran motivasi untuk senantiasa berpretasi. kak Elysa Rizka Armala yang sudi malam itu (9 April 2015) diketuk pintu kamar kosnya untuk sekedar membuka fikiran bebalku dalam mencecari ide, besties Hello-Gee: Yayuk Andriyani, yang rela nemenin malam-malam ke kos kak Elysa dan kamarnya dijadkan saksi setengah jadinya naskah, Siti Istiqomah: kamarnya adalah basecamp sekaligus penginapan semalam menjelang presentasi (sampai ditegur tetangga gegara berapi-apinya kita), Riska Wulandari: pendengar setia celotehan revisi hipotesa saat wawancara  presentasi, Ariska FSL: duh, selalu ada bahkan sigap menanti menjadi tumbal yang kami paksa untuk menampilkan atraksi seni dari daerah Riau, dan tentu saja Umi Laeliyah dan Novia Sellyna: perjuangan adalah seni, dan kenekatan terkadang modal utama inisiasi perjuangan! Iya, dua orang ini yang mau-mau aja diajakin nemenin ikut LKTI untuk yang pertama kalinya :D Dosen pembimbing kami yang senantiasa memberikan masukan dan ketua prodi kami atas suntikan semangatnya. Panitia yang telah bekerja keras serta keluarga LKTIN FKIP Celebration.”
                “Aku bahkan tak merasa kita sebagai saingan mendapatkan juara, malahan lebih kepada keluarga.” bisikku lamat-lamat mengabsen wajah mereka satu demi satu. Yaps, siapapun pemenangnya, aku tetap berbahagia. Dari manapun asalnya, bukankah telah menjadi keluarga kita selama di Riau ini? Dan mereka jawara LKTIN yang namanya dibacakan kak Elysa Rizka Armala:
1.        Juara 1 : Ayon Diniyanto (Universitas Negeri Semarang) (JELANTARA(JELAJAH NUSANTARA) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ALTERNATIF UNTUK MEMBENTUK PEMUDA INDONESIA YANG BERWAWASAN KEBUDAYAAN)
2.       Juara 2 : Lia Ariyaningsih (Universitas Sebelas Maret) (FOTONOVELA SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BAGI TUNARUNGU)
3.       Juara 3 : Iis Ani Safitri (Universitas Ahmad Dahlan) (“MESIS” MEDIA BELAJAR KOMIK SAINS BERBASIS LOCAL GENIUS MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BERBUDAYA DAN BERLITERASI TINGGI)

Dan seluruh finalis berfoto bersama sembari memberi selamat atas prestasi mereka sebagai juara. Subhanallah walhamdulillah. Fabiayyi ‘alaa irabbikuma tukadziban. Bisikku dalam senyum.

 Selamat jalan, keluarga baru :'(

“Suatu hari nanti, entah dalam formasi seperti ini ataupun terpencar dalam kelompok kecil, kita pasti akan reuni: berjumpa lagi. Barangkali masing-masing kita akan saling mengunjungi daerah keluarga kita ini, entah Yogyakarta, Solo, Surabaya, Padang, Makasaar, atau ke Pekanbaru kembali? Entahlah, yang jelas satu mimpi kita terpatri. Untuk berkompetisi? Bisa jadi.” Setidaknya itulah pemikiran seragam kami saat berpelukan melepas kepergian mereka.

Pekanbaru, 1 Juni 2015

Komentar

  1. wihh keren (y) jadi terharu hiksss.

    BalasHapus
  2. Iyaa Hajrah? DItunggu yo cerita dari Hajrah :)

    BalasHapus
  3. fotoku sedikit dan ndak nampak huhuhuh ;(
    overall it is amazing story about our history to be a new family.. i miss Riau

    BalasHapus
  4. Hha.. Arif mah suka selfie sendiri :D Thankyou Arif for your appreciate :)

    BalasHapus
  5. kereennn ah,, kak baru baca nih dek..eh, ada nama kak juga disebut-sebut. jadi terharuu. hiksss..semagnat adindaaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LPDP ATAU CPNS?: Behind The True Story~

Tak terasa tiga tahun berlalu dengan cepat, ya. Iyap, tiga tahun lalu sejak aku terakhir menulis di sini. Melihat semuanya jadi tampak asing sekarang, sedikit berdebu karena lama tak terjamah. Kalau diingat-ingat, tulisan terakhir juga terjadi di bulan April, ya. April 2018 – April 2021. Time flies, people change, and memories happen. Jadi, barangkali tulisan perdanaku usai vakum, aku akan sedikit merenung dan menceritakan apa – apa saja yang terjadi selama tiga tahun belakangan secara bertahap. Refleksi, terapi dan kontemplasi. April 2018 kemarin, aku membahas tentang  Fresh Graduate: The Untold Dilemma . Saat tulisan itu rampung kutulis, aku benar – benar tak tahu kalau setelahnya adalah masa terberat melebihi peliknya memilih bekerja dengan gaji pas – pasan atau mencari beasiswa namun minim persiapan.😔😔😔 Peliknya kehidupan menanti di depan mata, indah dan nikmat kata mereka namun hancur lebur bagi aku yang menjalaninya. 💦 Juli 2018 Masih di tengah euphoria pernikahan seoran...

Kuroko Basketball : Friendship not just Term that We Ever Heard

  Gambar: Cover film Kuroko Basketball Film yang diadaptasi dari manga Kuroko no Basket (Basketball Which Kuroko Plays) ini mengisahkan tentang pencarian jati diri seorang atlit basket bernama Tetsuya Kuroko.   Walau tak memiliki keahlian dalam dribbling, apalagi shooting (menembak), cowok berambut biru ini justru menjadi tim utama basket SMP Teikou yang memiliki lima anggota Kiseki no Sedai (Generasi Keajaiban), yakni Akashi Seijuroo, Aomine Daiki, Murasakibara Atsushi, Kise Ryota, dan Midorima Shintaro. Dan mampu membuat sekolah tersebut sebagai jawara di Kejuaraan Nasional Basket tiga kali berturut-turut. Tetsuya sendiri memiliki gelar anggota keenam Kiseki no Sedai, pemain Bayangan (the Phantom Sixth Players). Bagaimana bisa? Ternyata kemampuannya dalam passing (mengoper) tak diragukan oleh anggota Kiseki no Sedai, karena hawa keberadaannya yang lemah dan kemampuannya dalam mengalihkan pandangan lawan (misdirection). *seperti trik sulap gitu* [Well, au...