Oleh : Nur Azlina Oktavianti
Perjalanan
menuju dewasa itu penuh coba, dara –tak sekedar kata-. Bukankah kita yang
kadang berlagak : dewasaku kian tegak, itu sama artinya dengan kita mampu
meredam emosi, meski calar di sana sini. Hati?
Allah mengirimkan
beragam keunikan dalam satu wujud, semoga aku akan lebih sering bersujud.
Sabar.
Yakinlah,
tiada seindah melihat cahaya setelah berjalan di terowongan gelap, tak jarang
berduri, tapi untunglah ada kalian di sini –menemani. Alhamdulillah.
Jika ada
yang memuji, “Kamu benar-benar hebat!”. Bukan untukku saja kata itu tertuju,
tapi juga untuk kamu, orang-orang luar biasa yang senantiasa mengitariku : agar
kuat. Syukron.
Hati
itu lembut, hanya takluk pada lisan yang diperhalus dan tingkah yang tulus. Kau
lihat sobat, sekalipun batu itu keras, namun dapat berlubang hanya karena
ditetesi air hingga kepingannya meranggas. Ikhlas.
Bukan
gampang berada di puncak, sebelumnya telah kau temui: lereng tajam yang mesti
didaki, cemoohan yang kadangkala membuatmu harus meneguhkan hati, juga Rabb dan
Rasulullah sebagai inspirasi. Insya Allah.
Mereka
yang hari ini merendahkanmu sebenarnya tengah mengajakmu selangkah tuk
berhijrah ke tempat lebih tinggi. Dari tangis yang melatihmu lebih berani,
kecewa yang mengajarimu agar lebih kuat lagi, dan bijaksana sebagai hasil dari
hati yang disakiti. Lukamu sekarang, untuk masa depanmu dipenuhi sifat
kebaikan. Semoga.
Komentar
Posting Komentar