Di
hutan, hari ini sedang diadakan pertandingan memanjat pohon kelapa yang diikuti
oleh para katak. Saat waktu pertandingan dimulai, puluhan katak memanjat pohon
kelapa yang berada tengah hutan. Lima belas menit kemudian, belasan katak
tampak mulai terjatuh dari pohon kelapa. Gemuruh penonton semakin membahana,
seiring dengan semakin banyaknya katak yang jatuh. Begitu seterusnya, suara
katak semakin kuat setiapkali ada katak yang terjatuh. Beberapa saat kemudian,
penonton mendadak terdiam. Terperangah pada seekor katak kecil yang tengah
berjibaku memanjat pohon. Kembali, suara penonton menggema. Mereka meneriaki si
katak kecil.
“Percuma
saja berusaha. Sudahlah, menyerah saja!”
“Badanmu
terlalu kecil untuk mencapai puncak pohon kelapa! Sadarlah!”
“Haha…
Kau pikir bisa mengalahkan mereka yang telah jatuh. Badan mereka lebih besar
darimu! Tak ada gunanya terus memanjat!!”
Namun si katak tak peduli. Ia masih
memanjat. Terseok-seok tangan dan kakinya menempel pada batang kelapa agar
tidak jatuh. Semakin ke atas, gaya tarik ke bawah pun kian besar, berbanding
lurus dengan suara katak yang tak henti mengejek. Bulir-bulir keringat
membasahi tubuhnya. Tinggal setengah meter lagi, Ia akan benar-benar menggapai
puncak pohon dan menjadi juara dari pertandingan ini. Si katak kecil terus dan
terus memanjat, meski kakinya seperti tak mampu lagi merangkak dan tangannya
serasa tak mampu lagi menggenggam batang kelapa untuk bertahan, namun teriakan
di hatinya lebih riuh dibanding pekikan para penonton di bawah.
“Sekarang
atau tidak sama sekali!” teguhnya menguatkan diri.
Dan benar saja, si katak kecil pun
mampu mencapai puncak kelapa. Di antara helaian pucuk kelapa, Ia bersyukur
sekaligus mengistirahatkan badannya yang lelah.
Sesampainya di bawah, ia dikerubungi
katak-katak lain yang ingin mengetahui rahasia keberhasilannya. Ia diam dan
hanya tersenyum menanggapi bertubi-tubi pertanyaan yang tertuju padanya. Seekor
katak muncul dan berdiri di sebelah katak kecil, “Maaf, teman-teman. Katak
kecil ini tuli.” Mendadak, katak-katak pun terdiam. Toh, tak ada gunanya terus
bertanya, karena yang diberi pertanyaan ternyata tak mendengar. Akhirnya,
seluruh katak memperoleh pelajaran berharga dari si katak kecil dengan
keterbatasan yang dimilikinya.
*****
Dari dongeng di atas, kita turut
memperoleh pelajaran berharga. Bahwa dalam meraih mimpi, akan banyak orang yang
melemahkan ketimbang orang yang mendukung kita. Apa yang harus kita lakukan?
Bersikap tuli. Ya, tuli. Tak menanggapi omongan mereka dan terus saja berlari
mengejar mimpi.
Orang-orang besar seperti Bill
Gates, Walt Disney, Wright bersaudara, dan banyak lagi pun turut merasakan hal
yang serupa. Bagaimana seorang Bill Gates dianggap aneh karena bercita-cita
ingin membuat perangkat software yang nantinya dapat dipakai setiap rumah di seluruh
dunia. Dia bahkan dikeluarkan dari sekolah karena tak jarang merusak komputer
milik sekolah. Dan, lihatlah sekarang, bagaimana Microsoft benar-benar telah
berada hampir di semua laptop orang di dunia.
Begitu pula Wright bersaudara yang
iri melihat burung-burung terbang bebas di angkasa dan juga ingin menjadi
seperti burung itu. Dari sanalah ide pembuatan pesawat pertama kali muncul.
Wright bersaudara pun menerima ejekan dan dianggap orang gila karena bermimpi
hal yang mustahil. Beberapa tahun setelahnya, masyarakat yang dulu mencemeeh
mereka terpaksa menelan ludahnya melihat Wright bersaudara benar-benar terbang
dengan pesawat baling-baling sederhana buatan mereka.
Walt Disney pun dianggap
memiliki mimpi tak masuk akal lantaran berkeinginan membangun wahana bermain
Disneyland di California yang telah ramai penduduknya. Sekarang, Disneyland
menjadi salah satu destinasi wisata orang-orang di dunia.
Tak apa dianggap menjadi gila, aneh,
tak mungkin, dan tak masuk akal sekalipun. Karena semakin tinggi puncak suatu pohon,
semakin tinggi pula angin yang menerpanya. Sanggupkah sang pohon bertahan dari
terpaan angin? Disitulah letak ujiannya, ya, dari bagaimana sang pohon mampu bertahan.
Komentar
Posting Komentar