Ah,
ini akhir tahun yang begitu menyakitkan. Setidaknya begitu menurutku. Bagaimana
bisa aku melewatkan akhir tahun dengan tekanan: janji untuk melupakan. Tidak.
Bukan janji. Tapi ketetapan yang levelnya di atas janji.
Kamu
tahu? Di setiap akan bermulanya belajarku, aku akan memutar sebuah lagu yang
liriknya meyakinkan bahwa aku akan kuat menghadapi masa yang tak berpihak ini.
Namun manakala lagu itu usai dan tiba bagiku menakik kata, saat itu pula mataku
terbentur cakrawala yang hanya dapat dilihat pikirku saja. Ah, mengapa
senelangsa ini?
Tidak,
sekalipun tidak. Apa? Menyalahkanmu. Sebab kutahu, kecewa hanya muncul manakala
asa mengangkasa melebihi nyata. Iya. Aku melakukannya. Lalu sekarang aku harus
perlahan menyembuhkan gores guratan (yang kubuat sendiri). Jahat, bukan? Seharusnya
ikhlas tak menyisakan penyesalan-
Bila
nanti ku sampai pada gerbang itu, di hadapan tulisan yang menegak besar, akan
kuceritakan bagaimana alkisah langkah bermuara di sana. Pada ranting-ranting
yang menutupi pawana, pada dedaunan yang melindungiku dari surya, pada batang
pepohonan dengan julang kokohnya, juga pada rerumputan di kakiku nantinya.
Perihal tentangmu? Mungkin kan kuselipkan jua.
Di
masa depan, akan ada hari dimana aku akan tersenyum mengenang masa ini. Masa
masa berlari agar aku mampu menjangkau masa depan lebih cepat dari sergapan
masa lalu yang terus mengejarku. Dan dari semua perkara tentangmu.
23 Desember 2016
Komentar
Posting Komentar