Bulan
Februari masih menerbitkan bisu di sela-sela air langit yang turun tanpa
menunggu, menimbulkan rindu (?) Lalu kisah hidup kita mulai mengalir seperti
halnya riak genangan yang dititipkan hujan pada tanah yang telah tertutup,
membawa ke muara: rindu atasmu yang semakin besar. Sebab, tiada benang sebagai
media untuk saling menautkan, kisah kita yang terlanjur seolah melupakan
siapamu bagiku? Sebab mungkin aku terlalu tak berani bertanya siapaku bagimu?
Pernah hadir saja, sudah luar biasa rasanya.
Hai,
aku disini masih dengan kegamangan namun langkah terus kuayunkan ke hadapan.
Selangkah demi selangkah. Telah menjauh darimu atau kian mendekat padamu. Pun
aku tak tahu. Namun aku tak mau menerka-nerka, adakah kamu di akhir kisah ini,
ataukah sampai kita pada suatu titik temu. Ah, Lupakanlah¬
Disini
petala mega bertahtakan kelabu masih hilir mudik menggantung. Kau, siapkan
jaket atau penutup badan yang lain, sebab tatkala hujan pikiran terkadang
sering sulit membedakan ilusi atau imajinasi, seperti merenung merindukanmu
lantaran diracun aroma basah tanah.
Pekanbaru, 2 Februari 2017
Komentar
Posting Komentar